Kisah dan Sejarah Para Sahabat Nabi, Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in serta Para Ulama-Ulama Sholih Lainnya

Pemimpin Para Syuhada - Hamzah bin Abdul Muthalib

https://www.khalidbasalamah.com
Jihad fisabilillah, sebuah kalimat mulia yang telah distigmakan buruk oleh musuh-musuh Islam agar umat Islam lari dari amalan mulia ini. Bahkan, setan pun telah menghadang kaum muslimin di jalan ini. Setan berbisik," apakah kamu akan berjihad, padahal jihad itu menyusahkan dirimu dan menghabiskan hartamu. Kamu berperang lalu akan terbunuh sedangkan istrimu akan dinikahi orang lalu hartamu dibagi-bagi". Padahal lisan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda :
"Pokok dari perkara agama agama Islam dan tiangnya adalah shalat sedangkan puncaknya adalah jihad". (HR. Tirmidzi, beliau berkata hadits Hasan Shahih)

Karena sudah di puncak, sampai-sampai tidak ada Amal yang sepadan dengan jihad. Ketika itu Rasul ditanya oleh seorang sahabatnya "Wahai Rasul tunjukkan kepadaku suatu amalan yang setara dengan jihad". Maka Rasul pun menjawab."Saya tidak menemukannya. Apakah kamu sanggup jika seorang mujahid keluar berjihad fisabilillah sedangkan kamu masuk dalam masjid lalu kamu menegakkan ibadah tanpa henti dan berpuasa tanpa berbuka?" orang itu pun menjawab, "Mana ada orang yang sanggup berbuat begitu?" (HR. Bukhari) 

Lembaran Uswah kita kali ini akan menghadirkan sosok pahlawan Islam, pecinta jihad fisabilillah, panglima perang, paman Nabi, pemimpin para syuhada, Hamzah bin Abdul Muthalib. Seorang pemuda yang berbadan kuat, sangat ahli dalam memanah dan hobi sekali berburu.

Kisah Islamnya, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Ishaq, bermula dari permusuhan, cacian dan gangguan secara fisik abu Jahal kepada Nabi Muhammad SAW. Suatu ketika, hamzah berjalan pulang dari berburu, ia tidak langsung pulang ke rumahnya, namun thawaf dulu di Ka'bah. Setelah selesai thawaf dia melewati perkumpulan orang-orang Qurasy, setiap kali melewati mereka, ia berdiri dan mengucapkan salam serta berbincang-bincang dengan mereka. Hamzah ra adalah pemuda yang paling kuat di kalangan Quraisy dan paling kokoh tekadnya.

Ketika Hamzah melewati hamba sahaya wanita, hamba sahaya itu berkata kepada Hamzah, "Wahai Abu Imarah! Seandainya tadi engkau melihat apa yang didapatkan oleh keponakanmu, Muhammad, dari Abdul Hakam bin Hisyam tadi, dicela dicaci dan ditimpakan sesuatu yang dia benci sedang Muhammad tidak menjawab apapun".

Maka Hamzah pun marah besar, ia tinggalkan tempat itu tanpa menoleh kepada siapapun. Ketika Hamzah masuk Masjidil Haram, ia melihat Abu Jahal sedang duduk bersama rekan-rekannya. Hamzah mengangkat busurnya dan memukulnya dengan keras ke kepala Abu Jahal sehingga kepalanya terluka cukup parah. Hamzah berkata kepadanya, "Betapa beraninya engkau mencacinya padahal aku berada di atas agamanya dan aku mengatakan apa yang dia katakan! Bahaslah apa yang aku lakukan ini jika engkau berani!

Sejak saat itu Hamzah masuk Islam dan iman telah bersemayam di dalam hatinya, orang-orang Quraisy pun menjadi berkurang dan menahan sebagian perbuatan yang sebelumnya mereka lakukan terhadap Rasulullah.

Setelah hijrah dan diizinkan Allah untuk berperang, kaum muslimin mulai mengadakan kegiatan militer dan menugaskan sariyah, diantara sariyah yang awal sebelum Perang Badar adalah sariyah Hamzah.
Rasulullah SAW mengirim satu kesatuan patroli siap tempur yang berkekuatan 30 prajurit berkuda dari golongan Muhajirin dan menjadikan Hamzah sebagai pemimpin pasukan, tugas yang diberikan adalah untuk mengintimidasi kafilah dagang Quraisy yang menempuh rute perjalanan antara Mekah dan syam.

Di perang Badar, Hamzah berhasil membunuh pemicu perang, al Aswad bin Abdul Asad al Makhzumi, seorang lelaki kasar yang berperilaku buruk. Ia berkata, "Aku berjanji kepada Allah, aku pasti minum dari telaga mereka atau aku akan menghancurkannya atau aku mati karenanya". Orang ini maju, Hamzah bin Abdul-muththalib pun menyongsong dan menebasnya, sehingga setengah betis kakinya putus padahal ia belum mencapai telaga. Ia tetap merangkak menuju Telaga, ia ingin memenuhi sumpahnya, tetapi Hamzah membututinya dan mengakhirinya di telaga.

Di Perang Uhud, Sa'ad bin Abi waqqash berkata, "Pada perang Uhud, Hamzah berperang di hadapan Nabi SAW dengan 2 pedang dan ia berkata, "Aku adalah singa Allah".

Angin kematian berhembus di bumi peperangan, saat yang telah Allah takdirkan bagi Hamzah untuk menjemput Syahid telah tiba, bahkan tidak hanya Syahid tapi menjadi sayyid para syuhada, sebagaimana sabda Rasul :
"Hamzah adalah pemimpin para syuhada di hari kiamat". (HR. al-Hakim)

Dan ia pun termasuk Syuhada yang disabdakan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam :
"Ketika saudara-saudara kalian gugur dalam Perang Uhud, Allah menjadikan ruh-ruh mereka di dalam perut burung hijau yang mendatangi sungai-sungai surga, memakan buah-buahannya yang bertengger di Lentera Lentera dari emas yang tergantung di bawah naungan "Arsy. Ketika mereka mendapat makanan, minuman dan tempat tinggal yang baik, mereka berkata, "Siapa yang menyampaikan kepada saudara-saudara kami bahwa kami saat ini hidup di surga dalam keadaan diberi Rizki, agar mereka tidak menolak untuk berangkat berjihad dan bersikap menahan diri dari jihad. Allah berfirman, "Aku yang menyampaikan untuk kalian kepada mereka". "Maka turunlah ayat (yang artinya), " janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati bahkan mereka itu hidup disisi Rabbnya dengan mendapat rezeki". (QS. Ali Imran : 169)

(Ar-Risalah Edisi 130, Hal 34)
Share:

No comments:

Post a Comment

Postingan Populer

Recent Posts