Kisah dan Sejarah Para Sahabat Nabi, Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in serta Para Ulama-Ulama Sholih Lainnya

Zaid bin Khaththab Mendahului al-Faruq dengan Dua Kebaikan

Dianatara pasukan Musailamah al-Kadzdzab, ada satu orang yang dicari-cari oleh Zaid bin Khaththab. Kecintaannya kepada Islam dan kesetiaanya kepada Rasulullah SAW membuat Zaid geram untuk segera memancung kepala orang itu.

Kisah syahidnya zaid bin khaththab

Dia adalah Rajjal bin 'Unfuwah; seseorang yang telah memeluk Islam namun belakangan murtad, kembali kepada kekafiran. Dia menghianati Allah dan Rasul-Nya dengan memberi kesaksian akan kenabian Musailamah.

Tentang penghianatan Rajjal, Rasulullah SAW pernah menubuatkannya. Beliau bersabda," sesungguhnya Diantara Kalian ada seseorang yang gerahamnya di neraka lebih besar daripada gunung Uhud."

Mereka yang waktu itu diajak berbicara oleh Rasulullah SAW sudah menjemput ajal masing-masing dengan keadaan yang baik. Yang tersisa tinggal Abu Hurairah dan Rajjal bin 'Unfuwah.

Semula Rajjal meminta izin kepada Abu Bakar ash-Shiddiq untuk menyuruh kaumnya yang murtad kembali kepada Islam. Namun saat dia sampai di sana dan termakan oleh bujukan dan rayuan Musailamah, Rajjal justru berbalik menikam Islam. Bahaya yang ditimbulkan Rajjal bahkan lebih besar dari bahaya Musailamah sendiri. Rajjal berpotensi menyalahgunakan masa-masa bersama Rasulullah SAW di Madinah dan hafalannya akan ayat-ayat alquran untuk memperkuat kekuasaan musailamah dan mengukuhkan kenabian palsunya.

Dengan sungguh-sungguh Rajjal menyebarluaskan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW menyatakan bahwa beliau telah menjadikan musailamah sebagai sekutunya dalam kenabian. Maka sepeninggal Rasulullah SAW, orang yang paling berhak membawa Bendera kenabian dan Wahyu adalah Musailamah. Jumlah orang-orang yang bergabung dengan musailamah semakin bertambah banyak disebabkan kebohongan-kebohongan Rajjal dan penyalahgunaan keislamannya.

Berita kebohongan Rajjal ini sampai ke madinah. Kemurkaan kaum muslimin membubung dan berkobar karena tindakan Rajjal ini. Dan orang yang paling murka dan terbakar amarahnya ~amarah karena Allah~ adalah Zaid bin Khaththab.

Di Medan Yamamah, sepasang Mata Zaid bin Khaththab laksana Sepasang Mata Rajawali mencari mangsa selama pertempuran berlangsung. Zaid menerobos barisan musuh seumpama anak panah lepas dari busurnya. Ia menerjang ke kiri dan ke kanan sambil maju dan terus mencari sosok Rajjal. Begitu dilihatnya Rajjal dari kejauhan, zaid segera mengejar dan mendekatinya. Namun gelombang manusia yang sangat hebat menelan Rajjal sehingga tak tampak lagi di mata Zaid.

Penyakit tidak kehilangan asa. Dia terus berusaha mencari sosok Rajjal. Usaha keras dari tidak sia-sia. Kini dihadapannya berdiri sosok penghianat itu. Ditebasnya batang leher Rajjal tanpa ampun. Rajjal pun meregang nyawa.

Pertempuran belum berakhir. Bahkan semakin berkecamuk Dahsyat. Kematian Rajjal telah memantik kembali semangat kaum muslimin yang dikomandoi oleh Khalid bin Walid. Mereka memerangi musuh-musuh Allah dengan semangat yang berlipat-lipat. Sementara itu di pihak Musailamah, kematian Rajjal telah mengecilkan nyali mereka. Merekapun dilanda kecemasan dan ketakutan. Peperangan yang semula hampir dimenangkan oleh pasukan Musailamah, kini berbalik arah. Pasukan kaum muslimin berada di atas angin.

Zaid bin Khaththab mengangkat kedua tangannya ke arah langit. Dengan rendah hati dia memohon kepada Allah serta bersyukur kepada-Nya atas keberhasilannya menghabisi riwayat si penghianat Rajjal bin 'Unfuwah. Tak lama kemudian Zaid kembali meraih pedangnya dan dengan piawai disabetkannya pedang panjangnya kesana-kemari menebas leher atau bagian leher atau bagian tubuh musuh-musuh Allah.

Dalam pada itu Allah berkenan mengabulkan salah satu permohonan Zaid. Senjata berhasil mengenai tubuh Zaid pada bagian yang rawan. Luka yang cukup parah mengantarkan Zaid meraih Syahadah. Ya, zaid terbunuh sebagai seorang syahid. Kematian yang diidam-idamkan oleh semua sahabat Nabi SAW dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.

Zaid berperawakan jangkung. Karenanya dari kejauhan pun kedatangannya pasti terlihat. Saat pasukan yang dipimpin Khalid kembali ke Madinah dengan kemenangan yang gilang Gemilang dalam membasmi pasukan Musailamah Al Kadzdzab,' umar Bin Khattab menyambut mereka. Belum sempat dia menyapukan pandangannya ke seluruh pasukan, seseorang mendekatinya dan mengabarkan kepadanya tentang karunia Allah bagi Zaid, kakaknya.

Umar pun berkata," semoga Allah merahmati Zaid... Dia mendahuluiku dengan 2 kebaikan... Dia lebih dahulu masuk Islam, dan dia lebih dahulu meraih kebahagiaan: Terbunuh sebagai syahid..."

Masih Membekas di benak Umar saat Perang Uhud, ketika Baju besi Zaid terlepas sehingga mudah sekali musuh menjangkau tubuhnya.' Umar berseru," Wahai Zaid, ambillah baju besiku, dan pakailah untuk berperang! " aku juga menginginkan syahadah sebagaimana yang kamu inginkan, wahai Umar," jawab Zaid. Tanpa baju besi bukan berarti Zaid kehilangan semangat tempur. Sebaliknya dia bertempur mati-matian dengan keberanian yang luar biasa.

Semoga kita tidak terhalangi dari kebaikan seperti yang Allah anugerahkan kepada Zaid bin Khaththab. (azm : Majalah Ar-Risalah edisi 74 hal 34)

Share:

No comments:

Post a Comment

Postingan Populer

Recent Posts